Monday, October 13, 2008

Hadapi Dampak Krisis Keuangan Gobal , Buruh dan pengusaha harus bersatu

Hadapi Dampak Krisis AS, Buruh - Pengusaha Diminta Bersatu

Kapanlagi.com - Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu meminta buruh dan pengusaha bersatu menjalin kebersamaan dalam menghadapi dampak krisis keuangan Amerika Serikat (AS) terhadap sektor perindustrian di Indonesia.
Ketua Presidium FSP BUMN Bersatu, Arief Poyuono di Jakarta, Selasa (7/10) menyatakan, krisis keuangan yang menimpa AS akan memiliki dampak yang besar terhadap sektor perindustrian di Indonesia yang berorientasi pasar ekspor ke negara tersebut.
Hal itu, tambahnya dalam siaran pers, akan menyebabkan timbulnya persoalan perselisihan perburuhan antara pengusaha dan serikat buruh karena perusahaan akan melakukan PHK terhadap buruhnya karena turunnya jumlah permintaan produk ekspor ke AS.
"Karena itu perlu adanya rasa kebersamaan antara buruh dan pengusaha untuk menghadapi krisis tersebut agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan," katanya.
Menurut dia, dampak krisis keuangan AS mulai terasa pada perekonomian Indonesia dengan ditandai jatuhnya indeks harga saham dan terus merosotnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
Untuk mengantisipasi krisis keuangan, AS dipastikan akan mengurangi impor dari Indonesia yang pada akhirnya akan berdampak pada pengurangan jumlah produksi perusahaan-perusahaan di tanah air yang pasar ekspornya ke Amerika.
Adanya pengurangan produksi, tambahnya, dengan sendirinya akan menurunkan penerimaan perusahaan tersebut yang pada akhirnya perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerja.
Oleh karena itu, Arief Poyuono meminta agar serikat buruh lebih mengerti dengan kesulitan yang dialami perusahaan sehingga menunda agenda-agenda untuk kenaikan UMP dan UMR sampai dampak krisis keuangan teratasi.
Sementara itu, pihaknya mengharapkan pengusaha tidak melakukan PHK terhadap para buruhnya, karena kebijakan itu hanya akan menyebabkan persoalan ekonomi sosial baru bagi negara.
"Apalagi saat ini dengan beban hidup yang semakin berat bagi para buruh," katanya. (kpl/rif)

No comments: